Photobucket

Selasa, 24 Januari 2012

Surat Untuk Kakek Penghisap Cerutu

Anggap saja ini surat untuk kakekku yang sudah lama meninggal, bahkan sebelum saya lahir. Dan anggap saja, beliau bisa membacanya, tak perlu di pikirkan bagaimana caranya.

Kepada YTH Eyang ' Kakung Broto.

Hai eyang, mungkin seharusnya kita berkenalan terlebih dahulu, karena kita belum pernah bertemu sebelumnya. Ingatkah kau memiliki anak laki-laki yang tidak sedikit ? 5 ? Tidak sedikit bukan ? .. Saya cucumu dari putra ke-empatmu. Tidak perlu saya sebutkan namanya kan ? kalau kau juga lupa, itu sungguh keterlaluan.

Aku sebetulnya sedih karena tidak pernah bertemu denganmu sebelumnyam tapi aku akan jauh lebih sedih jika harus bertemu sekarang ini, karena aku tau kita sudah berada di dimensi yang berbeda, jadi pikirkan lah baik-baik jika ingin menampakan kehadiranmu saat ini.

Harus bagaimana aku memamnggilmu ? apa dengan "yang" dari penggalan kata eyang ? Tahukah kau kalau kata itu, saat ini lebih pantas digunakan oleh pasangan anak muda. Tapi yasudahlah akan aku gunakan saja karena aku anak muda, walaupun aku tau kau tidak lagi muda.

Pasti kau ingin aku menceritakan mengenai apa saja yang aku tahu tentangmu ? Karena biasanya para orang tua itu suka sekali diajak flash back dengan sanjungan di dalamnya. Tapi baiklah akan aku beri tahu sedikit, apa yang kutahu mengenai dirimu, tapi ingat, hanya sedikit.

Sedari kecil yang aku tahu bahwa kau bukan rakyat biasa dalam suku jawa, maksudnya kau memiliki status sosial yang lebih tinggi di banding masyarakat biasa. Ceritanya sih simpang siur, saya juga bukan orang yang gemar mendengarkan kisah-kisah lampau. Setidaknya statusmu itu dijawab kebenarannya dengan cara aku liat secara langsung lewat perlakuan tetangga atau orang-orang yang mengenalmu. Dari semua itu, aku tau bahwa kau bukan masyarakat biasa, Anakmu tidak bercerita banyak kepadaku mengenai dirimu, bicara saja jarang padaku, kalau kau kecewa aku tidak begitu mengenalmu, maka kau marahi saja dia.

Ibu yang lebih sering bercerita mengenai dirimu, dari cerita-cerita ibu, aku tau kalau kau dulu seorang pengusaha batik dan kau pembuat keris untuk raja. Mungkin dari dirimu, aku mewariskan rasa cintaku pada kesenian. Setidaknya, aku bisa menggambar, melukis dan lain-lain. Kau tau apa yang selalu membuatku penasaran, Ibu bilang kau perokok berat, kau biasa menghisap cerutu. Bayangkan, cerutu itu 2-3 kali nya rokok batangan! Kau hebat ..
Kau perlu tahu, bahwa aku tidak perduli silsilah keluarga yang kau miliki, ataupun eyang'putri. Aku tidak begitu perduli ketika setiap ada acara besar, anak-anakmu masih saja membacakan silsilah keluargamu. Apalagi kalau disinggung-singgung soal keturunan raja. Aku sungguh tidak perduli, kecuali kau dulu berikan aku nama ketika lahir.

Kau tau tidak, banyak dari temanku yang sering bercerita mengenai kakeknya, bahkan beberapa pria yang pernah kupacari sering sekali bercerita kalau mereka diajak jalan-jalan oleh kakeknya. Walaupun aku dulu sempat punya kakek juga dari Ibu, tapi setidaknya, aku ingin punya cerita juga bersamamu.

Tau tidak, aku selalu dicium oleh kakek satunya ketika bertemu, aku cuma ingin tau, apakah kau sehangat kakeku yang satunya ? Atau kau dingin seperti anakmu ?

Seandainya kau masih ada, aku hanya ingin melihatmu menghisap cerutu dan mengepulkan asapnya di dekatku, itu saja.

Peluk dan cium. Cucu-mu. Dita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar