Entah bagaimana pertemuan kami berdua, aku tidak begitu ingat.
Dia itu anak bule. Kelihatan dari pupil matanya yang berwarna cokelat muda dan rambutnya yang berwarna cokelat keemasan.
Kami berdua memadu kasih setiap hari, dimana ada aku, di situ ada dia.
Pipinya yang merah merona sangat menggemaskan.
Aku bahagia bersama dia, aku sedih pun bersama dia.
Aku sangat mencintainya, seperti cinta kepada manusia pada umumnya.
Hari demi hari, dan umurku semakin bertambah.
Dia yang kucintai, semakin hari semakin memudar.
Warna merah merona pada pipinya sudah tidak lagi sesegar dulu.
Tinggi badanku juga sudah mulai jauh dari ukuran tubuhnya.
Hanya satu yang tidak berubah, matanya.
Mata yang bisa aku kendalikan untuk terpejam atau pun mengedip layaknya mataku.
Dan ketika aku mulai mengenakan seragam berwarna merah dan putih.
Aku mulai memperhatikan anak laki-laki lain, mereka berbeda dengan cinta pertamaku.
Mereka tidak perlu bantuanku untuk memeluku, menciumku bahkan mungkin mencintaiku.
Mereka tidak bisa aku kendalikan untuk menuruti apa keinginanku.
Mereka lebih baik, walaupun mata mereka tidak secantik mata cinta pertamaku.
Aku mulai melupakannya, aku mulai melupakan cinta pertamaku ..
Tangannya sudah tidak lagi aku genggam, karena aku yang ingin di genggam.
Tubuhnya sudah tidak agi aku peluk, karena aku yang ingin di peluk.
Pipi merah meronanya tidak lagi aku cium, karena pipiku yang ingin dicium.
Dan rambut yang cokelat kemasan itu tidak lagi kubelai, karena rambutku yang ingin di belai.
Hingga suatu hari, ketika aku mulai merindukanmu, aku sadar, kau sudah tidak lagi bersamaku, karena aku yang sudah melupakanmu.
Lalu munculah sesal yang di balut dengan mimpi dalam benaku ..
" seandainya kau masih ada bersamaku, seandainya aku tidak melupakanmu dan seandainya kau benar-benar seorang anak laki-laki, maka aku tidak perlu melabuhkan hatiku beberapa kali kepada anak laki-laki lainnya. Pasti kau akan menepati janjimu untuk menikahiku kelak. Ya kan Rio ? .. "

Rio ( memakai baju monyet berwarna merah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar