Saya sendiri belum tahu bagaimana kalau satu atau keduanya sudah tidak ada, mungkin rasa ketidak sempurnaan itu akan jauh lebih terasa dibanding ketika orang tua kalian sudah tidak punya penghasilan tetap karena termakan usia.
Mungkin beda rasanya, ketika sudah selesai masa pendidikan dan sudah memiliki penghasilan sendiri, ditambah karier anda sukses. Tetapi menjadi anak dari seorang ayah yang sudah pensiun dan Ibu yang sudah tidak lagi memiliki pemasukan dari usaha yang dijalankannya selama ini, sedangkan diri sendiri masih harus menyelesaikan pendidikan dengan mengandalkan mereka, itu rasanya seperti makan nasi akik. Kalau tidak makan bisa mati, tetapi kalau dimakan rasanya bukan main. Pada intinya, pasti harus makan.
Rasa penyesalan itu memang datangnya terakhir, ah itu klise. Tapi memang begitu. Saya menyesal ketika sekarang, harus sulit sekali meminta uang untuk membeli apa yang saya inginkan, mungkin bisa saja diberikan, tetapi rasa yang empati itu mengalahkan segalanya.
Ketika orang tua kalian sudah menjadi pensiunan, tidak ada pemasukan, hanya mengandalkan tabungan. Maka bagi saya, yang dulu selalu suka dengan 'kesenangan', untuk sekarang ini, membeli satu kaleng bir atau satu botol vodka di mini market dan meminumnya sambil bercengkarama dengan kawan, rasanya seperti hanya akan menggoreskan luka untuk kedua orang tua.
Dan ketika semua sudah terjadi, masa yang akan dialami semua orang tua dan keluarga. Saya yakin, yang diperlukan hanya pengertian dan sabar.
Tapi perlu diingatkan, bahwa sabar, bukan lah menulis status jejaring sosial dengan 'insyaAllah saya sabar ..' atau 'sabar .. '. Sabar, ikhlas, dan toleransi itu bukan hanya untuk diperlihatkan ke orang lain dengan ucapan, tetapi dengan perbuatan.
ps: untuk kalian yang masih memiliki orang tua yang masih berpenghasilan, mulai lah mengurangi pengeluaran kalian, jika terlalu sering menghamburkan uang, rasa penyesalan itu akan terasa begitu sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar