Photobucket

Sabtu, 27 Agustus 2011

Introspeksi via Jejaring Sosial

Ah .. ternyata jejaring sosial itu selalu membuat saya tertarik untuk membicarakannya. Banyak hal yang bisa saya dapat dari jejaring sosial tersebut. Mungkin kalau ada pembahasan mengenai yang satu ini, sangat menarik dan bisa jadi satu buku yang berwarna. Lucu, menyulut emosi, romance dan sedih.

Kalau beberapa waktu lalu, saya memang sempat menjadi tweet addict. Dan karena itu sudah beberapa orang memilih untuk meng-unfollow saya. Menyedihkan bukan ? ..

Itu bohong jika ada yang mengatakan, " Gw di unfollow juga ga rugi, gapapa ..". Munafik. Setiap orang yang punya perasaan dan otak, pasti merasakan ketidak enakan dan guilty feeling ketika harus berkurang followers nya, kecuali orang-orang yang tidak mengoprasionalkan otak dan perasaanya secara benar.

Bayangkan saja, kita bisa menikmati, lika-liku kehidupan beberapa following kita yang sangat aktif dalam memberikan kicau-an mereka. Malah, bukan kicau yang mereka berikan, melainkan curhatan semata. Berantem dengan kekasihnya, anda bisa lebih menikmati lagi ketika, kicau itu di mention ke pasangannya, kita bisa tahu seperti apa wajah sang kekasih atau kita bisa ikut-ikutan menjuddge dalam hati. Atau mungkin orang fikirannya sangat kotor, biasanya terlihat sangat aktif dalam menyikapi berita atau tweet dari temannya yang berbau pornografi. Entahlah, apa mungkin beberapa zaman akan datang, orang bisa jadi psikolog dadakan hanya dengan memperhatikan accoun jejaring sosial orang tersebut.

Untungnya, saya menggunakan salah satu aplikasi untuk twitter yang bisa mengetahui, presentasi dan rate kita dalam mengoceh di twitter. Beberapa bulan lalu, saya memiliki rate 'maniak' dengan presentasi 50 lebih tweet/hari. Dari situ saya menocba mengintrospeksi diri, dan sadar betul, betapa buruknya saya berkicau yang tidak penting (sebagian besar). Sampai detik ini, saya mencoba untuk mengunrangi kicau-an saya yang tidak terlalu penting itu, dan selalu memonitor angka dan rating itu tentunya. Sekarang, rate itu berubah menjadi 'tweet aktif' dan berkurang angkanya menjadi '40'. Menyenangkan, di tambah lagi, kiacau-an saya beberapa kali mendapat bintang dari followers saya. Aduh terlalu menyombongkan diri saya ya ? I'm sorry, tapi sebetulnya bukan itu yang ingin saya bicarakan.

Walaupun saya jarang memberikan kicau saya itu, saya sering melihat-lihat time line di waktu senggang. Ternyata banyak juga ya, yang sebetulnya lebih parah dari saya. Sampai detik ini saya sudah meng-unfollow beberapa followers saya. Maaf betul, tapi saya sangat benci RT abuser dan saya benci orang yang sombong.

Jika saja, semua orang itu bisa introspeksi, minimal dari kicau-an nya saja di jejaring sosial, mungkin semakin banyak orang-orang yang berkepribadian lebih baik.

Ps: Dosen saya kemarin berkata, bahwa setiap orang itu pasti akan berubah, tergantung dia memilih untuk berubah menjadi lebih baik atau buruk seiring dengan bertambhanya umur mereka. Untuk orang-orang yang tidak berubah, dan tidak ingin berubah, maka sangat disayangkan, dia tidak akan melihat potensi dirinya sendiri dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar