Photobucket

Senin, 10 Desember 2012

Nona, Berapi. Tuan, Berdarah.

Ada api di wajah Nona. Membara berwarna merah pekat. Tersundut dari kadar alkohol ucapan Tuan. Bergumul asapnya hitam ke udara. Mengalihkan mata dan hati di siang hari bolong.

Menghujani sendiri, Nona padamkan api perlahan, melemparkan pelukan, berulang kali tertahan, terlempar, tak sampai kedua tangan melingkar di tubuh Tuan.

" Ya sudah. Sudah cukup. Memelukmu sudah lebih dari cukup. Membantu memadamkan api yang menyulut-nyulut .. "

Tuan benci kata yang terlontar dari mulut manis Nona. dari Nona yang aslinya lembek selembek pisang yang dilumatkan, lalu mengeras seperti pisang yang sudah berjuta tahun disimpan dalam lemari pendingin. Praaaaank ... Lalu jatuh dan pecah berkeping-keping, kristalnya mencuat kesana kemari, menggores membentuk luka, tak hiraukan makhluk Tuhan yang dicintainya.

Tuan, apa kabar pagi ini ? apa lengkungan hatimu masih utuh rapih seperti sedia kala ? atau salah satu sisinya sudah tak karuan tak terbentuk ?

Tuan, maaf.
Setulus hati, hanya kata maaf paling pantas terlontar dari mulut Nona selain " I Love You .. "

2 komentar: