Dear, Tuan.
Aku menulis notes ini di
perjalanan pulang, di dalam taxi berTV yang tak jelas siarannya.
Sejak kemarin malam, aku
bermain dengan kesendirian di tengah keramaian ibukota. Beberapa kawan
bergantian menemani, seperti orang sakit aku di dampingi.
Ya .. Aku memang sakit.
Sakit sekali. Sakit hingga tidak tahu lagi seperti apa rasa sakit itu.
Terdengar sayup alunan lagu
Koes Ploes dari radio, ah aku tidak suka .. Kusumbatl telingaku dengan playlist
lagu di telepon genggamku, random sekali ..
Beberapa kali, aku Next. Aku
tidak ingin mendengar lagu-lagu yang mengingatkanmu. Aku tidak ingin ada kamu
di otakku. Tidak untuk saat ini.
Pesan darimu terus masuk,
entah aku tidak membaca jelas. Aku rasanya ingin muntah ketika membayangkan
tingkah lakumu. Seperti ada irisan udang yang masuk ke dalam pencernaanku.
Aku benci sekali mengetahui
semua tingkah lakumu di belakangku. Rasanya aku ingin menamparmu dengan keras
hingga mencetak jari manisku.
Kamu ingat janjimu bukan ?
Janji terakhirmu dengan segala konsekuensi yang nantinya akan kau ambil.
Maka, aku sudah tidak perlu
banyak bicara padamu. Jika saja kamu bisa merasakan persis dengan apa yang aku
rasakan, kamu tidak akan setegar aku.
Aku heran denganmu, apa kau
benar-benar tidak pernah memikirkan posisiku ? ah benci sekali air mataku mulai
menetes ..
Tuan, kenapa waktu itu kau
tawarkan mimpi kepadaku ?
Lalu perlahan dan terus
menerus kau acak-acak mimpi itu ?
Tuan .. Malam ini tidak
hujan. Tapi langit tetap gelap pekat tanpa bintang.
Tuan .. malam ini .. rasanya
aku ingin sekali mengajukan surat pengunduran diri. Aku akan berhenti berperan menjadi
peri pemaaf dan keledai dungu.
Kau sering kali katakan, aku
tidak pernah mempertahankanmu, coba tengok semua yang telah terjadi, aku
mempertahankanmu dengan sisa-sisa kekuatanku, aku mempertahankanmu di titik paling rendahku.
Mungkin semua salahku,
salahku terlalu cepat memilihmu sebagai yang terpilih.
Aku terima kesalahanku, kini
aku sudahi semua..
Sekarang aku sadar, kamu
tidak pernah benar-benar mencintaiku. Kamu hanya menginginkanku.
Kini semuanya terlihat semu,
tidak nyata. Seperti cerita berseri yang menumpuk permasalahannya. Aku
kehilanganmu. Kehilanganmu yang aku banggakan.
Sesampainya aku di rumah
nanti, aku hanya ingin memasak air panas, mencuci seluruh tubuh, bicara dengan Tuhan, menyeduh
kopi dengan Hazelnut kesukaanku darimu, lalu tertidur ..
Tak akan ada aku lagi di
harimu. Aku janji ..
Sebentar lagi aku sampai,
sampai jumpa Tuan ..
*tulisan ini akan aku posting dengan warna biru, warna kesukaanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar