Photobucket

Kamis, 13 Desember 2012

Surat Terakhir Untuk Tuan



Dear, Tuan.

Aku menulis notes ini di perjalanan pulang, di dalam taxi berTV yang tak jelas siarannya.
Sejak kemarin malam, aku bermain dengan kesendirian di tengah keramaian ibukota. Beberapa kawan bergantian menemani, seperti orang sakit aku di dampingi.
Ya .. Aku memang sakit. Sakit sekali. Sakit hingga tidak tahu lagi seperti apa rasa sakit itu.
Terdengar sayup alunan lagu Koes Ploes dari radio, ah aku tidak suka .. Kusumbatl telingaku dengan playlist lagu di telepon genggamku, random sekali ..
Beberapa kali, aku Next. Aku tidak ingin mendengar lagu-lagu yang mengingatkanmu. Aku tidak ingin ada kamu di otakku. Tidak untuk saat ini.
Pesan darimu terus masuk, entah aku tidak membaca jelas. Aku rasanya ingin muntah ketika membayangkan tingkah lakumu. Seperti ada irisan udang yang masuk ke dalam pencernaanku.
Aku benci sekali mengetahui semua tingkah lakumu di belakangku. Rasanya aku ingin menamparmu dengan keras hingga mencetak jari manisku.
Kamu ingat janjimu bukan ? Janji terakhirmu dengan segala konsekuensi yang nantinya akan kau ambil.

Maka, aku sudah tidak perlu banyak bicara padamu. Jika saja kamu bisa merasakan persis dengan apa yang aku rasakan, kamu tidak akan setegar aku.
Aku heran denganmu, apa kau benar-benar tidak pernah memikirkan posisiku ? ah benci sekali air mataku mulai menetes ..

Tuan, kenapa waktu itu kau tawarkan mimpi kepadaku ?
Lalu perlahan dan terus menerus kau acak-acak mimpi itu ?
Tuan .. Malam ini tidak hujan. Tapi langit tetap gelap pekat tanpa bintang. 

Tuan .. malam ini .. rasanya aku ingin sekali mengajukan surat pengunduran diri. Aku akan berhenti berperan menjadi peri pemaaf dan keledai dungu.
Kau sering kali katakan, aku tidak pernah mempertahankanmu, coba tengok semua yang telah terjadi, aku mempertahankanmu dengan sisa-sisa kekuatanku, aku mempertahankanmu di titik paling rendahku.
Mungkin semua salahku, salahku terlalu cepat memilihmu sebagai yang terpilih.
Aku terima kesalahanku, kini aku sudahi semua..

Sekarang aku sadar, kamu tidak pernah benar-benar mencintaiku. Kamu hanya menginginkanku.

Kini semuanya terlihat semu, tidak nyata. Seperti cerita berseri yang menumpuk permasalahannya. Aku kehilanganmu. Kehilanganmu yang aku banggakan.

Sesampainya aku di rumah nanti, aku hanya ingin memasak air panas, mencuci seluruh tubuh, bicara dengan Tuhan, menyeduh kopi dengan Hazelnut kesukaanku darimu, lalu tertidur ..

Tak akan ada aku lagi di harimu. Aku janji ..

Sebentar lagi aku sampai, sampai jumpa Tuan ..

*tulisan ini akan aku posting dengan warna biru, warna kesukaanmu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar