Natal ..
Ya natal ..
Malam kudus, selalu terbersit kenanganmu.
Kita bukan orang terpilih yang dapat kado dari Santa, toh ke gereja saja tidak.
Diatas karpet seadanya, aku terbaring di atas tubuhmu.
Sesekali memandang wajahmu yang terkena cahaya dari televisi, memandang bibirmu yang sering kukecup, tidak henti mengunyah camilan kesukaanmu.
Kita tidak sedang bercinta.
Ya .. kita hanya menikmati program natal yang lebih menarik dari acara realiti show yang berskenario.
Realiti yang tidak real. Bukan bualan sepenuhnya, tapi bualan tetap saja bualan.
Sudah dua atau tiga atau empat tahun berlalu atau malah lima. Entahlah ..
Tapi dimana ada Natal, disitu selalu ada layar putih terbentang memainkan memori di hari itu.
Ya sama seperti film natal yang akan selalu ada di televisi ketika natal. Hanya diputar saat natal.
Begitu juga kamu ..
Seperti pohon natal yang terlihat berkilauan hiasan lampu ketika natal. Aku pasti melirikmu. melirikmu ketika natal.
Lalu pagi ini, aku tau kamu menghabiskan malam natal dengan berkelana.
Berlibur sendiri layaknya petualang.
Kenapa ? kamu tidak ingin ingat aku ? tidak ingin berada di kota yang sama denganku ? tidak ingin melihat acara televisi ketika malam natal ? Ya .. karena kamu masih mencintaiku layaknya anak kecil mencintai Sinterklas.
Pernah percaya dan selalu menungguku untuk membawakan kebahagiaan di malam natal, tapi ketika tumbuh dewasa, kamu mencoba menghapus kepercayaan yang sebetulnya masih menempel di dalam hatimu.
Seperti sisa cotton candy yang menempel di tangkainya.
Sudah pergi sana. Pergi lalu kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar