Cinta. Ah! Lagi-lagi cinta yang menempel di dinding otak saya. Saya percaya bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa cinta.
Sore tadi saya menonton salah satu sinteron, dan ketika menonton, tiba-tiba saya berfikir ..
Saya tidak suka sinetron, tapi karena hampir setiap hari pembantu dan ibu saya menontonnya di saat saya makan malam, maka saya jadi tahu jalan ceritanya, jadi tertarik.
Mungkin cinta itu bisa di filosofikan seperti sinetron.
Kalau kita suka, pasti memang tertarik dari awal dan akan terus mengikutinya samapai ending ceritanya. Tapi beda cerita kalau seperti saya, saya yang tidak mengikuti sinetron, mau tidak mau, karena keadaan, maka harus menonton.
Yang tadinya tidak suka, menjadi penasaran, tertarik, lalu mengikuti jalan ceritanya.
Kalau cerita itu bagus, mungkin akan di tonton setiap malam hingga menemukan ending ceritanya, tetapi kalau ceritanya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan, mungkin saya akan berhenti menonton, tidak perduli bagaimana sebetulnya ending dari sinetron tersebut.
Saya sudah melewati jalan cerita seperti sinetron ramadhan, yang hanya sesaat, tetapi saya juga sudah melewati jalan cerita seperti sinetron tersanjung, yang panjang sekali.
Ketika penonton mengira ceritanya sudah berakhir, ternyata masih terus berlanjut hingga season ke dua, ke tiga dan seterusnya. Tapi saya percaya bahwa sepanjang apapun jalan ceritanya, semua pasti ada akhirnya.
Bagaimana dengan kamu ?
Jumat, 30 Maret 2012
Kamis, 22 Maret 2012
JIWA RAGA
Berbisik dia kepadaku / melebur lamunan dingin / ku tanya "kau siapa?" / di jawab "aku kawanmu, dinding." / telapak tanganku meraba dataran tak mulus / mengetuk perlahan / menghidu aroma maya / menunduk memandang jari-jari mungil / aku masih hidup // "Tidak" selaknya / mengernyit keningku / "Kamu sudah mati" tambahnya / membesar bola mataku / "Kamu jiwa, kamu mati, jiwamu mati, ragamu hidup" samar terdengar / dingin / dingin / dingin yang kurasa //
Sabtu, 17 Maret 2012
DI BALIK WARNA ADA CERITA
Oh merah .. hariku tak bergelora tanpamu.
Menjadi ke abu-abu an, hingga hitam pekat.
Terkadang muncul warna jingga dan kuning. tapi hanya sementara.
Pernah muncul warna merah muda, tapi itu merah muda, tidak sama sepertimu, merah.
Jika hujan datang, biru atau ungu akan menghiasi dinding otakku.
Setelah hujan berhenti, maka yang ku lihat hijau.
Merah, kapan kau kembali bersamaku ?
Besok ? Lusa ? Minggu depan ? Bulan depan ? atau tahun depan ?
Jawab, Merah!
Aku suka merah muda, karena ada sisi merah di dalamnya, tapi tetap saja, dia bukan kau.
Bukan merah.
Ayolah merah, berjanjilah kepadaku, tidak lama lagi kau akan menggairahkan hidupku kembali.
Aku pasti menunggumu. Selalu menunggumu di balik pakaian hitam.
Jangan terlalu lama, merah.
Jangan sampai putih mendahuluimu.
Jika putih lebih dulu datang, maka aku harus berhenti menunggumu, karena kau akan melihatku terbaring dengan damai.
Menjadi ke abu-abu an, hingga hitam pekat.
Terkadang muncul warna jingga dan kuning. tapi hanya sementara.
Pernah muncul warna merah muda, tapi itu merah muda, tidak sama sepertimu, merah.
Jika hujan datang, biru atau ungu akan menghiasi dinding otakku.
Setelah hujan berhenti, maka yang ku lihat hijau.
Merah, kapan kau kembali bersamaku ?
Besok ? Lusa ? Minggu depan ? Bulan depan ? atau tahun depan ?
Jawab, Merah!
Aku suka merah muda, karena ada sisi merah di dalamnya, tapi tetap saja, dia bukan kau.
Bukan merah.
Ayolah merah, berjanjilah kepadaku, tidak lama lagi kau akan menggairahkan hidupku kembali.
Aku pasti menunggumu. Selalu menunggumu di balik pakaian hitam.
Jangan terlalu lama, merah.
Jangan sampai putih mendahuluimu.
Jika putih lebih dulu datang, maka aku harus berhenti menunggumu, karena kau akan melihatku terbaring dengan damai.
Jumat, 16 Maret 2012
NONA
Perempuan muda terisak penuh arti / hatinya terluka bagai burung lepas sayap / tak ada sentuhan untuk mayang yang terurai / hanya ada adam acuh tak acuh //
Wajahnya bersinar / menjadi pucat pasi //
Bibir pengembang senyum / terkatup tak bergeming //
Mata indahnya / kosong / seperti hantu //
Enggan bercermin / meringkuk masuk ke dalam selimut //
Siapa perduli waktu terus berputar / berganti / berhenti //
Enyah saja dewi sendu / datangkan cupid dengan panahnya //
Harta cukup / fakir hati //
Sesekali asap mengepul di barengi hempasan //
Hidupnya berat / seperti nafas perokok //
Siapa dia / Siapa perduli //
Dia sekarat / lalu mati //
Wajahnya bersinar / menjadi pucat pasi //
Bibir pengembang senyum / terkatup tak bergeming //
Mata indahnya / kosong / seperti hantu //
Enggan bercermin / meringkuk masuk ke dalam selimut //
Siapa perduli waktu terus berputar / berganti / berhenti //
Enyah saja dewi sendu / datangkan cupid dengan panahnya //
Harta cukup / fakir hati //
Sesekali asap mengepul di barengi hempasan //
Hidupnya berat / seperti nafas perokok //
Siapa dia / Siapa perduli //
Dia sekarat / lalu mati //
Kamis, 08 Maret 2012
Filosofi Permen Karet = Cinta
Sepi. Hanya ada suara pesawat yang sesekali lewat di atas rumah.
Sudah dini hari dan saya seperti biasa masih terjaga.
Di atas alas tempat saya duduk sudah berserakan buku serta fotokopian yang berisikian teori-teori komunikasi. Ya saya sedang berusaha menyusun Bab I skripsi. Tapi beginilah saya. Ketika stuck, lebih memilih untuk memalingkan perhatian.
Seharian saya mencoba membantu teman yang sedang ada masalah. Ya mungkin bersangkutan dengan percintaan. Saya memang bukan madam luna, tapi setidaknya saya bisa mendengar dan mencoba membantu mencari solusi, walaupun perlu saya tekankan bahwa keputusan selalu ada di tangan orang yang bersangkutan.
Saya hanya mencoba mengaplikasikan kalimat "Thats What friend are for"
Saya sempat berkata bahwa kita harus punya kehidupan yang baru, kita tidak bisa terus terpuruk dan menyianyiakan hidup hanya karena satu atau dua orang.
Lalu saya berfikir, apa sebetulnya cinta itu sama seperti filosofi permen karet yang di buat oleh Hilman (penulis Lupus). Kalau sudah tidak manis, di buang saja. Apa orang-orang yang betah dengan tidak move on itu adalah orang-orang yang sangat menyukai mengulum permen karet hingga pahit. Padahal permen karet semakin pahit, semakin mudah untuk membuat gelembung.
Nah! itu dia, apa mungkin cinta yang sudah tidak manis lagi akan terasa pahit, tetapi kalau di tahan akan berhasil menghasilkan gelembung yang besar ? Dan itu sangat menyenangkan .
Tapi ada kalanya, permen karet yang sudah tidak lagi manis itu, walaupun di tiup-tiup sedemikian rupa, tidak menghasilkan gelembung.
Permen karet yang sulit dibuat menjadi gelembung memiliki beberapa faktor penyebabnya. Pertama, permen karet itu kualitasnya tidak bagus, lebih baik ganti dengan permen karet yang lainnya. Kedua, kita belum benar-benar mengunyahnya hingga menjadi pahit. Atau mungkin yang ketiga, dari kitanya sendiri yang kurang berusaha, yang tidak bisa membuat gelembung, tetapi malah menyalahkan si permen karet yang sebetulnya berkualitas bagus.
Sekarang, Apakah anda sedang makan permen karet ? *Wink
Sudah dini hari dan saya seperti biasa masih terjaga.
Di atas alas tempat saya duduk sudah berserakan buku serta fotokopian yang berisikian teori-teori komunikasi. Ya saya sedang berusaha menyusun Bab I skripsi. Tapi beginilah saya. Ketika stuck, lebih memilih untuk memalingkan perhatian.
Seharian saya mencoba membantu teman yang sedang ada masalah. Ya mungkin bersangkutan dengan percintaan. Saya memang bukan madam luna, tapi setidaknya saya bisa mendengar dan mencoba membantu mencari solusi, walaupun perlu saya tekankan bahwa keputusan selalu ada di tangan orang yang bersangkutan.
Saya hanya mencoba mengaplikasikan kalimat "Thats What friend are for"
Saya sempat berkata bahwa kita harus punya kehidupan yang baru, kita tidak bisa terus terpuruk dan menyianyiakan hidup hanya karena satu atau dua orang.
Lalu saya berfikir, apa sebetulnya cinta itu sama seperti filosofi permen karet yang di buat oleh Hilman (penulis Lupus). Kalau sudah tidak manis, di buang saja. Apa orang-orang yang betah dengan tidak move on itu adalah orang-orang yang sangat menyukai mengulum permen karet hingga pahit. Padahal permen karet semakin pahit, semakin mudah untuk membuat gelembung.
Nah! itu dia, apa mungkin cinta yang sudah tidak manis lagi akan terasa pahit, tetapi kalau di tahan akan berhasil menghasilkan gelembung yang besar ? Dan itu sangat menyenangkan .
Tapi ada kalanya, permen karet yang sudah tidak lagi manis itu, walaupun di tiup-tiup sedemikian rupa, tidak menghasilkan gelembung.
Permen karet yang sulit dibuat menjadi gelembung memiliki beberapa faktor penyebabnya. Pertama, permen karet itu kualitasnya tidak bagus, lebih baik ganti dengan permen karet yang lainnya. Kedua, kita belum benar-benar mengunyahnya hingga menjadi pahit. Atau mungkin yang ketiga, dari kitanya sendiri yang kurang berusaha, yang tidak bisa membuat gelembung, tetapi malah menyalahkan si permen karet yang sebetulnya berkualitas bagus.
Sekarang, Apakah anda sedang makan permen karet ? *Wink
Langganan:
Postingan (Atom)