Mengepakan sayap layaknya bisa terbang bebas
Ketika ia lepas bebas
Dia akan terasa asing, hilang jati diri
“Aku ini hanya seekor burung peliharaan”
Mampu terbang tetapi tidak bebas
Salah siapa ? salah tuan ?
Tidak, itu takdir.
Ketika ia lepas bebas
Dia akan terasa asing, hilang jati diri
“Aku ini hanya seekor burung peliharaan”
Mampu terbang tetapi tidak bebas
Salah siapa ? salah tuan ?
Tidak, itu takdir.
……………………………………………………………………………..
Jenuh, rasa ini mulai muncul. Rasa yang setiap orang takuti. Saya takut rasa jenuh ini akan meluap ke setiap sudut yang saya miliki. Jujur saja, saya hanya jenuh pada rutinitas, kuliah. Saya punya alas an sendiri yang sebenarnya tidak ada yang meminta. Semester ganjil ini mungkin sudah hampir naik ke anak tangga yang paling atas, atau mungkin masih ada 2 atau 3 atau mungkin 5 anak tangga lagi yang masih harus saya pijaki.
Rasa ini muncul, ketika saya merasa sangat kecewa, dengan salah satu mata kuliah yang seharusnya tidak saya ambil, walaupun ada beberapa mata kuliah yang “tidak jelas” juga. Saya merasa, saya bukan di bidang itu dan saya merasa itu sudah diluar jangkauan saya. Jujur saya sedikit tertekan ketika mata kuliah itu berlangsung, tapi saya tetap survive dan mencoba untuk menghargai dosen yang “tadinya” saya kagumi.
Mengapa saya katakana begitu ? karena memang, awalnya saya melihat pribadi ibu dosen tersebut sangat baik dan sangat memotivasi saya untuk menjadi suatu pribadi yang lebih baik. Tetapi ketika di semester ini saya bertemu dengan beliau kembali, sepertinya opini itu berubah drastis, karena saya merasa banyak perbedaaan dari image positive itu. Semakin kesini saya semakin tertekan ketika dia harus beberapa kali marah di kelas dengan menyebutkan subject “gw/elo” dan beberapa kali terlihat bersifat push mahasiswa untuk mempelajari sesuatu.
Mata kuliah ini lebih cocok untuk penjurusan Public Relation, tapi kenapa saya harus menelan ludah di kelas ini. Awalnya saya berfikir, ini suatu keharusan dan saya bisa. Tapi ternyata ketika semua itu berjalan, wow .. its not my area and I can’t. Buruknya lagi dalam satu kelas itu, hanya saya yang berjurusan Jurnalistik. oOw I’m In Trouble. Mungkin rasa jenuh saya meledak saat saya benar-benar merasa give up dalam kelas ini, saya sudah berusaha dan mencoba untuk memberikan yang terbaik, tetapi ternyata hasilnya benar-benar menyadarkan saya “This is not me, I can’t pretending.” Im Sorry about this, i’m struggle in here.
Rasa ini muncul, ketika saya merasa sangat kecewa, dengan salah satu mata kuliah yang seharusnya tidak saya ambil, walaupun ada beberapa mata kuliah yang “tidak jelas” juga. Saya merasa, saya bukan di bidang itu dan saya merasa itu sudah diluar jangkauan saya. Jujur saya sedikit tertekan ketika mata kuliah itu berlangsung, tapi saya tetap survive dan mencoba untuk menghargai dosen yang “tadinya” saya kagumi.
Mengapa saya katakana begitu ? karena memang, awalnya saya melihat pribadi ibu dosen tersebut sangat baik dan sangat memotivasi saya untuk menjadi suatu pribadi yang lebih baik. Tetapi ketika di semester ini saya bertemu dengan beliau kembali, sepertinya opini itu berubah drastis, karena saya merasa banyak perbedaaan dari image positive itu. Semakin kesini saya semakin tertekan ketika dia harus beberapa kali marah di kelas dengan menyebutkan subject “gw/elo” dan beberapa kali terlihat bersifat push mahasiswa untuk mempelajari sesuatu.
Mata kuliah ini lebih cocok untuk penjurusan Public Relation, tapi kenapa saya harus menelan ludah di kelas ini. Awalnya saya berfikir, ini suatu keharusan dan saya bisa. Tapi ternyata ketika semua itu berjalan, wow .. its not my area and I can’t. Buruknya lagi dalam satu kelas itu, hanya saya yang berjurusan Jurnalistik. oOw I’m In Trouble. Mungkin rasa jenuh saya meledak saat saya benar-benar merasa give up dalam kelas ini, saya sudah berusaha dan mencoba untuk memberikan yang terbaik, tetapi ternyata hasilnya benar-benar menyadarkan saya “This is not me, I can’t pretending.” Im Sorry about this, i’m struggle in here.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar