Photobucket

Minggu, 31 Oktober 2010

MURAHAN !

Minggu (31/10) sore.

Saya sedang iseng, sedikit saja bermain dengan foto, sedikit juga membubuhkan unsur advertising (re:tagline).

Mungkin ini hanya editan murahan, jelek !
tapi saya suka, ini soal cita rasa ..





01




02



03



04



...................................................................................

Saya punya penjelasan sendiri dari 4 foto di atas :


01. Tagline "AM I" mewakilkan fikiran si cewe yang sedang membaca buku " Why Man Marry Bitches ?." Pertanyaannya lebih mewakilkan, dia bitch atau bukan.


02. Tagline nya juga mewakilkan foto. Maksudnya, Men-Judge itu sangat buruk sekali.


03. Dalam foto ini tidak ada tagline. Saya hanya mengacak-acak foto, sebagai bentuk pro-kontra dengan buku tersebut. Pasalnya, banyak wanita baik-baik yang kurang setuju dengan isi buku itu.


04. Tadinya dalam foto ini saya memberikan tagline "bashful" karena saya mengangkat tema "pemalu" dalam foto. tapi kurang bagus, maka saya hanya bermain di paint dan polaroid saja.

......................................................................

Thank you for attention




Photobucket

Sabtu, 30 Oktober 2010

Boss besar, sudah di rumah.


" Bapak sering ada di rumah"

Mungkin untuk sebagian orang, kalimat seperti sudah biasa. Bagi saya, kalimat itu adalah kalimat baru yang muncul belum lama ini.

Ya .. he is retired now. it just like he born to be new life. he just like ordinary old man.

Sedikit jujur, saya sedih .. atau mungkin belum terbiasa saja.

Rasanya, selama 20 tahun saya habiskan waktu dengan terbiasa melihat bapak sibuk. Hanya bertemu ketika pagi dan larut malam. Terkadang harus meninggalkan kota Jakarta untuk beberapa proyek. he was contractor.

Sekarang bapak terlihat benar-benar sama seperti "old man" sesungguhnya.

" kemana-mana sekarang hanya dengan motor. bersetelan kaos, celana pendek dan topi"

dan sangat aneh, sekarang ketika saya pulang kuliah, saya selalu mendapati sosoknya tertidur di Sova dengan kondisi tv menyala.

atau ketika weekend, bapak sudah kelontangan di dapur guna menyiapkan beberapa santapan untuk calon ikannya nanti (baca : mancing).

Berbeda saja melihatnya, beberapa bulan lalu, saya baru bisa melihat bapak rapih dengan pakaian dan sepatu kantor sekitar jam 10 pagi. Sekarang, pukul 07 pagi saja, saya sudah bisa menemukan sosoknya dengan pakaian olah raga ala kadarnya dan sepatu kets murah.

Hampir semuanya berubah, dulu ketika pergi, yang dibawa adalah buku dan document serta pulpen parlente. Kini, semua itu berganti dengan tas yang berisikan atribut memancing.

Bapak adalah bapak. Jabatannya saja berubah, tapi statusnya tetap sama. Beliau adalah kepala keluarga, suami dari ibu, ayah untuk saya bersaudara.

Selamat beristirahat dari pekerjaan, nikmati hidupmu, pak !









Jumat, 29 Oktober 2010

Senin, 25 Oktober 2010

Tulisan saya, dalam Creative Thinking

Andino, Berkarya dengan Merakit Kamera Sendiri






Jakarta, 04 Oktober 2010.
Jam tangan saya menunjukan tepat pukul 20.00 wib, saya membuat janji dengan salah satu pendiri komunitas kamera film di salah satu mini market kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Andino, begitu biasa ia dipanggil. Pria yang cukup memiliki creative thinking ini kesehariannya adalah seorang digital imaging arts di sebuah perusahaan photography daerah kalimalang.

Kamera Lubang Jarum atau pinhole, salah satu jenis kamera yang bisa dibuat sendiri dengan orang yang tentunya memiliki kreativitas yang cukup baik. Ia mencoba membuat kamera lubang jarum tersebut dari sebuah kertas artpaper atau semacam karton.

Awalnya, Ia merasa bosan dengan rutinitasnya yang selalu dihadapkan pada hasil foto digital. Ia pun mencoba mencari sesuatu yang baru yang jarang orang lain buat, akhirnya ia pun tertarik pada satu karya yaitu kamera rakitan sendiri yang dibuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh. Internetl adalah satu sarana yang membantunya. Ia melihat pembuatan kamera lubang jarum dari sana, kamera itu bisa dibuat dengan menggunakan kotak korek api atau kaleng rokok atau pun kertas, seperti yang ia buat.

Seperti salah satu kamera buatannya yang ia perlihatkan kepada saya, bentuknya cukup unik dan hampir terlihat bukan seperti kamera, tetapi kamera itu benar-benar bisa dipakai untuk memotret layaknya kamera film lainnya. Kata Andino, “ hasilnya unik sekali, blur dan terihat dreamy.“

kegagalan merakit atau menghasilkan foto yang bagus terkadang menjadi suatu hambatan yang bisa meredupkan kekreatifan dirinya dalam berkarya, tetapi itu juga ia jadikan sebagai tantangan untuk berkarya. Ia pun tidak mudah menyerah dalam merakit atau menghasilkan foto yang bagus, “kuncinya adalah belajar” ujarnya.

Komunitas yang berisikan orang-orang pecinta kamera film dan lubang jarum itu memberikan manfaat tersendiri untuk para anggota maupun diluar anggota. Ia ingin karya-karyanya itu bisa menjadi contoh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi orang lain, karena ia tidak akan segan-segan untuk berbagi ilmu untuk orang-orang yang mau belajar.

Karyanya juga sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitar, karena bahan-bahan yang digunakan bisa diambil dari barang bekas yang sudah tidak terpakai.

Obrolan saya dengan Andino malam itu sangat inspiratf, dari situ saya dapatkan bahwa untuk menghasilkan suatu karya tidak perlu dengan budget yang mahal. Hanya perlu kekreatifan dan belajar untuk berkarya.

Titik Jenuh, Mam!

Mengepakan sayap layaknya bisa terbang bebas
Ketika ia lepas bebas
Dia akan terasa asing, hilang jati diri

“Aku ini hanya seekor burung peliharaan”

Mampu terbang tetapi tidak bebas
Salah siapa ? salah tuan ?
Tidak, itu takdir.

……………………………………………………………………………..

Jenuh, rasa ini mulai muncul. Rasa yang setiap orang takuti. Saya takut rasa jenuh ini akan meluap ke setiap sudut yang saya miliki. Jujur saja, saya hanya jenuh pada rutinitas, kuliah. Saya punya alas an sendiri yang sebenarnya tidak ada yang meminta. Semester ganjil ini mungkin sudah hampir naik ke anak tangga yang paling atas, atau mungkin masih ada 2 atau 3 atau mungkin 5 anak tangga lagi yang masih harus saya pijaki.

Rasa ini muncul, ketika saya merasa sangat kecewa, dengan salah satu mata kuliah yang seharusnya tidak saya ambil, walaupun ada beberapa mata kuliah yang “tidak jelas” juga. Saya merasa, saya bukan di bidang itu dan saya merasa itu sudah diluar jangkauan saya. Jujur saya sedikit tertekan ketika mata kuliah itu berlangsung, tapi saya tetap survive dan mencoba untuk menghargai dosen yang “tadinya” saya kagumi.

Mengapa saya katakana begitu ? karena memang, awalnya saya melihat pribadi ibu dosen tersebut sangat baik dan sangat memotivasi saya untuk menjadi suatu pribadi yang lebih baik. Tetapi ketika di semester ini saya bertemu dengan beliau kembali, sepertinya opini itu berubah drastis, karena saya merasa banyak perbedaaan dari image positive itu. Semakin kesini saya semakin tertekan ketika dia harus beberapa kali marah di kelas dengan menyebutkan subject “gw/elo” dan beberapa kali terlihat bersifat push mahasiswa untuk mempelajari sesuatu.

Mata kuliah ini lebih cocok untuk penjurusan Public Relation, tapi kenapa saya harus menelan ludah di kelas ini. Awalnya saya berfikir, ini suatu keharusan dan saya bisa. Tapi ternyata ketika semua itu berjalan, wow .. its not my area and I can’t. Buruknya lagi dalam satu kelas itu, hanya saya yang berjurusan Jurnalistik. oOw I’m In Trouble. Mungkin rasa jenuh saya meledak saat saya benar-benar merasa give up dalam kelas ini, saya sudah berusaha dan mencoba untuk memberikan yang terbaik, tetapi ternyata hasilnya benar-benar menyadarkan saya “This is not me, I can’t pretending.” Im Sorry about this, i’m struggle in here.






Kamis, 14 Oktober 2010

Yang Mulia

" saya manusia biasa, sempurna itu jauh. saya makhluk biasa, hebat itu jarang. "

.................................................................................

Saya sering berfikir, sering bertanya pada diri sendiri tanpa ada yang menjawab.
"apakah saya selalu benar, apakah saya pernah salah, ataukah saya selalu salah ?."

terkadang saya bertanya pada tuhan, terkadang hanya mengeluh tanpa ada penjelas.
"siapakah saya, untuk apa saya, kenapa saya lahir, bagaimana saya berjalan ?."



walaupun ketika saya bentangkan sajadah dan membalut tubuh dengan mukena, ketika sujud pun tidak ada suara lirih menjawab pertanyaan.

saya harus bertanya pada siapa yang mulia ?
sedangkan tak ada kawan yang setia sepertimu, tapi mengapa kau hanya terdiam ?!


tetapi aku berfikir ..
apa yang sedang kau lakukan ?

tak ada yang menjawab pula.

Mungkinkan kau lebih kesepian dariku ? apakah ada tempat untuk kau bercerita ?


dan seandainya boleh, aku rela menjadi tempat itu.

Selasa, 05 Oktober 2010

Dibalik "GO GREEN" ada "Fixie"

"Go Green"
Dua kata itu sudah tidak asing lagi mungkin untuk masyarakat , khususnya kota Jakarta.
Seperti yang kita tahu, bahwa semenjak adanya global warming, banyak kelompok hingga lembaga yang berlomba-lomba mengajak masyarakat untuk berkegiatan go green.
Dari kata go green yang di bahasa Indonesiakan berarti mari hijau, menjadi sebuah slogan untuk mengajak masyarakat menyelamatkan Bumi.

Bagusnya masyarakat sudah banyak yang sadar akan kegiatan itu.
Munculnya komunitas go green atau semacamnya dan yang paling menarik mungkin adalah menjadi seorang bikers untuk bumi kita.

Fixie, salah satu jenis sepeda yang happening saat ini untuk para bikers, malah mungkin para anak muda yang tidak menjadi bikers pun mulai ikut-ikut an membeli sepeda ini. Harga sepeda itu pun cukup merogoh kocek, yah .. beda lah dengan sepeda biasanya. Gadget ini seperti menjadi daya tarik sendiri untuk beraktivitas, mungkin juga bisa menambah rasa percaya diri para penggunanya.

Seebetulnya, kalau kembali lagi pada awal niatnya adalah untuk mengurangi polusi kota Jakarta, maka beralihlah masyarakat dari kendaraan yang berknalpot menjadi kendaraan ramah lingkungan. tetapi apakah perlu merogoh kocek cukup dalam untuk mengaplikasikan niat itu ? saya rasa tidak.

Cobalah untuk mengutamakan niat dari pada gaya semata.

Apakah anda tertarik membeli gadget mahal untuk Bumi ? GO AHEAD






....................................................................................................



beruang aja bikers, bagaimana dengan kita ?




Photobucket

(T__T)

tears dripped in the night




not a hand gently touching his head
or
shoulder to lean on





only the views of the city and the cold air
such as race entertaining





Photobucket

Minggu, 03 Oktober 2010

Harus Tergantikan

Assalammualaikum, Bumi.

wah kalo diliat dari judul nya rada galau puitis gimana gitu ya ? (sotoy)
tapi tenang aja, bukan itu maksud saya walaupun secara tidak langsung judul diatas mewakilkan maksud tulisan saya.

well ini cerita berhubungan dengan sepatu, dari cerita tersebut bisa kita ambil sebuah pelajaran.

Lets Check This Out !


.......................................................................................

Sebuah PT.MD yang mempekerjakan beberapa sepatu sebagai karyawan, sudah memiliki 3 karyawan senior.
Mereka sudah dipekerjakan bertahun-tahun lamanya.
Sang owner pun sangat menyayangi mereka, sampai akhirnya sebuah sistem perjanjian diterapkan, yaitu " mengganti karyawan yang berkurang kualitasnya dengan karyawan baru yang lebih berkualitas ."

Sang owner pun bimbang, tetapi untuk mendapat produksi yang baik perjanjian itu ada baiknya.
Akhirnya ia pun menyepakati.

PT.MD pun akhirnya harus mempensiunkan karyawan yang sudah menurun kualitasnya.


.......................................................................................

Dari cerita diatas, saya belajar untuk memikirkan mana yang lebih penting mana yang tidak.
Selain itu saya juga belajar untuk mencoba rela sesuatu yang sudah lama atau mungkin sudah menjadi bagian dari hidup kita tergantikan.

Hidup itu selalu berputar, tidak selalu sama, tidak selalu kekal.

selamat datang, teman baruku.






Sabtu, 02 Oktober 2010

L O N E L I N E S S

she feels lonely
when she want to tell, no one offers
when she want to cry, no shoulder stretch
even when she wanted to hear a story, no one speaks


She just hugged a teddy bear in the blanket
and then burst into tears
no one knows

she was me
and i was her