Photobucket

Jumat, 10 Januari 2014

HARINYA AYAH

Kalau hari ini di perbolehkan untuk menulis surat cinta, akan kau tujukan kepada siapa ?
Kalau saya, untuk ayah.

Ayah yang berulang tahun pada hari ini. Entah berapa umurnya. Yang penting setidaknya, saya ingat.
Tapi ayah tidak seromantis kekasihmu. Ayah hanya tidak membaca kumpulan puisi Kahlil Gibran, tidak juga membaca novel picisan, bahkan tidak pernah menyentuh novel lupus.

Yang Ayah tahu, hanya lembaran kertas bertinta hitam yang sudah ada setiap pagi di atas meja samping cangkir teh. Bukan kertas berwarna merah muda dengan ukiran hati di ujung kanan bawah atau kertas putih dengan cap bibir. Ah lupakan ide memberikan kertas macam itu pada Ayah!

Dan lagi, Ayah tidak seperti Ibu yang menggoda hadiah ulang tahun berupa kotak berbungkus kertas bergambar balon dengan pita merah melingkar di atasnya. Jika memang yang seperti itu sudah di persiapkan, maka Ayah akan menerimanya dengan biasa, tanpa mimik wajah yang berlebihan atau ucapan terima kasih dengan kata sayang. Ayah ya Ayah.

Ayahku berbeda. Unik tapi tak terlupakan. Seperti setiap cerita di balik ciuman pertama anak remaja.

Lalu apa harus menulis ucapan di berita harian dengan ukuran yang besar, agar di baca ? atau memberikannya hadiah ulang tahun ?

Keinginan Ayah itu sungguhlah berat dan tidak mudah di peroleh, semua juga tahu, kalau Ayah hanya menginginkan anaknya menjadi seperti dirinya. Malah kadang, Ayah hanya ingin anaknya menjadi orang yang lebih dari dirinya.

Bukan barang - barang di etalase atau apapun yang menempel di manekin dengan di banrol harga yang jumlah angkanya berderet. Itu semua bisa Ayah peroleh sendiri dengan mudah.

Ah Ayah! Sulit sekali.

Mungkin memang itu pantas. Semua itu sebanding dengan banyaknya keringat yang Ayah kucurkan untuk memenuhi kebutuhan banyak kepala yang ada di rumah.

Jadi begini saja, bagaimana kalau saya ucapkan dalam hati, karena pasti sampai di hati Ayah. Karena saya buah hati Ayah. Maka hati kita satu.

Dalam hati akan saya ucapkan, " Selamat ulang tahun Ayah kebanggan dan akan selalu jadi kebanggaan dalam hidup, tidak ada yang lebih penting dari cinta Ayah. Sekali lagi, selamat ulang tahun ... "

Sudah begitu saja.


SUPER WI-FI

....
Hujan membisikan kalimat - kalimat yang lambat laun memenuhi lingkaran pada otakku.
Sambil berbisik, cekikikan, menggoda.

Mereka menyerang seperti biasanya membasahi tanah.
Seperti pemburu yang haus darah binatang.

Bibir cangkir kopi seperti ikut nyinyir.
Hanya karena orang - orang bisa berlama - lama menggunakan internet di sini.

" mungkin kekasih mu seperti free wi-fi di sini ... " ujar cangkir kopi manis, sinis.
" Ya betul! cintanya menyebar secara gratis, pantas hatimu miris. " timpal hujan gerimis, sadis.

Seberapa sering kamu mengganti kata sandi, tetap saja. Gratis ya Gratis.
Akan selalu ada seribu satu cara untuk membukanya, lalu kembali menyebar seperti udara dari toples.

Semurah - murahnya pasang internet, tetap saja rasanya berat untuk berbagi.

....

Dan ketika tidak ada lagi suara - suara bisikan sadis yang di ikuti oleh cerahnya langit
Dan ketika suara sinis sudah tidak lagi bergeming, berubah menjadi dingin
Mereka perlahan pergi, satu per satu ...
Meninggalkan, tanpa perduli yang manis, gerimis atau pun gratis.

Lalu akan ada mereka yang bertanya - tanya padamu.

"Kamu masih akan tinggal berapa lama ?" Tanya awan, melawan.