Photobucket

Senin, 19 Januari 2015

what's on your mind ?

" tell me when you wanna go home ..
'cause I'm not sure been there 


"Am I back to my own ... ? 
'cause I don't know mine


"shall we step to the next level ...
'cause I lost in this floor 


"who we are ?
'cause I forget how to feel us 


"are you in this town ... ? 
'cause I wanna leave 


"you don't have to try ...
'cause you already my number one


"I never told you ...
'cause we are unspoken 


"why you leave me ... ?
'cause I don't 


"me or her ... ?
'cause ...

Selasa, 06 Januari 2015

KAMU ITU RUMAHKU

Seandainya kita tidak perlu memilih. Tidak di sodorkan dengan pilihan-pilihan. Tidak putar otak untuk memastikan pilhan itu salah atau benar. Seandainya. Ya. Seandainya.

Anak adam mengatakan, bahwa anak hawa bukan lah pilihan, terlalu baik untuk sebuah pilihan.


Lalu anak hawa terisak tersungut-sungut di sudut ruang redup.
"Lalu aku ini apa ? "
"Lalu aku tidak terpilih ? " 
Fikirannya begitu memutar-mutar saja seperti jalur bus di ibukota. Panas di tengah tekanan batin yang setiap hari mengetuk-ngetuk, seperti lintah darat.

Sampai suatu hari hujan turun, dari rintikan hingga runtuh bersama petir menyala-nyala di langit.
Lalu reda, reda ... semakin reda ... selanjutnya buih tercampur dengan angin, memunculkan embun yang menempel di kaca tempat anak hawa menepi. Menyeka setiap butiran air mata yang menetes di pipinya.

Menalar keluar jendela kedua bola matanya, mencari sebuah titik cerah, titik yang lebih berwarna dari gelapnya langit sore tadi.

Di rapikan alis tebal di atas matanya, bagian favorite anak adam, katanya.
Ada nafas yang di tarik panjang berulang kali, baju hangat ia kenakan, lalu melangkah ke luar menuju gang kecil mengejar cahaya.

Dia menuju rumahnya, rumah yang selalu memberikan ketenangannya.

"Aku ingin pulang ..."
Lirih suara itu terdengar dalam hati sepanjang perjalanan




Dan ... aku pulang.
Aku pulang.



Ke pelukanmu.
Pelukan Anak Adam.

Senin, 05 Januari 2015

Masih soal Abu-Abu

Siapa yang menjamin apa yang kamu jalani sekarang ini akan selalu benar ? akan selalu berakhir bahagia ? atau selalu salah ? atau juga berakhir buruk ?

Saya rasa tidak ada yang berani menjamin itu semua.
Mereka yang mengatas namakan pasangan, teman dan mungkin Tuhan. Mereka hanya abu-abu.

Pasangan ? terlalu sedikit pasangan yang tidak membual dalam suatu ke egoisan
Teman ? ah mereka saja tanpa jaminan
Tuhan ? well ... katanya semua akan berakhir Indah pada waktunya. Tapi ... yang di maksus itu kan surga, bukan urusan dunia-wi. Apalagi urusan roman picisan.

Karena ... Tuhan tidak jatuh cinta. Begitu kan ?


Kalau ada mahluk hidup yang bisa mencintai lebih dari satu orang sekaligus, apa dia Tuhan ?
atau lebih ingin di katakan mengikuti ajaran Nabi ? kalau alasan itu, rasanya seperti orang yang mengenakan kostum spider man.


Sejak dulu, saya benci warna abu-abu. Semakin dewasa, semakin mengerti alasan kenapa warna abu-abu itu sangat menjengkelkan. Seperti warna yang tidak ada harapan di dalamnya. Warna yang akan memudar dalam waktu singkat.

Dan saya benci ..


Benci ...

Harus menyelam ke dasar Abu-Abu ...